Namaku
Naya. Hanya Naya. Tanpa nama depan dan nama belakang. Lucu ya? Singkat banget.
Hmm, jadi begini asal usulnya. Papa pernah bercerita padaku bahwa nama itu
adalah sebuah singkatan dari “Anak Yuri
dan Angga”
Mama Yuri, dia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Tidak
pernah ada waktu untukku. Hubungan kami tidak akrab seperti hubungan ibu dan anak pada
umumnya. Setelah Papa meninggal, kami hanya berkomunikasi seperlunya. Tidak
pernah lebih dari itu. Mama selalu berangkat pagi-pagi sekali ketika aku belum
terbangun dari tidur, dan pulang malam-malam sekali ketika aku sudah tertidur.
Aku sangat kecewa pada dirinya. Dia telah berubah, bukan
seperti Mamaku yang dulu. Dia yang dulu selalu ada untukku, dia yang dulu
selalu mementingkan aku terlebih dulu dari pada pekerjaannya. Kami yang dulu
sering tertawa bersama, bercerita banyak hal, melakukan banyak hal bersama.
Bahkan dulu dia pernah dipecat oleh atasannya karena lebih memilih merayakan
ulang tahunku yang ke 15 dari pada pekerjaan pentingnya kala itu.
“Pekerjaan masih bisa dicari, tapi
gadis cantik seperti Aya sulit untuk dicari.” Ucapnya
berbisik kala itu. Ya, jadi begitulah. Dulu hubungan kami sangat baik.
Papa Angga, dia selalu baik padaku. Hubungan kami sangat
baik dan aku menyayanginya. Dia adalah
partner terbaikku dalam melakukan banyak hal. Bernyanyi dan bermain
musik, travelling keliling Indonesia bersamanya dan Mama, dan masih banyak
lagi. Papa selalu bisa membuat suasana menjadi begitu menyenangkan. Ya, dia selalu
bisa membuatku bahagia, meskipun disaat dirinya dalam situasi sulit sekalipun.
Bahkan didetik-detik terakhir kepergiannya dari dunia ini, ia masih bisa
membuatku bahagia dan tertawa. Kala itu aku merayakan pesta ulang tahun ke 17
ku dirumah, tanpa ditemani dirinya dan Mama. Ya, Papa sedang berjuang melawan
penyakitnya di rumah sakit, sedangkan mama menemaninya. Pukul 10 malam, jam
dimana aku benar-benar tidak tahu bahwa mereka memberiku kejutan.
Ditengah-tengah pesta ulang tahunku tiba-tiba lampu padam dan terjadi gelap
gulita disana. Beberapa menit kemudian LCD menyala dan menampilkan video
kebersamaan kami, aku, mama dan papa.
“Hai sayang. Selamat ulang tahun
yang ke 17 ya, ternyata cepet banget ya Aya tumbuh besar? Padahal papa berharap
Aya umur 5 tahun terus hlo biar papa bisa gendong Aya. Kalau sekarang ini kan Aya
udah gede, ga bisa lagi deh papa gendong, Aya sudah berat dan Papa udah gak
kuat lagi gendong Aya. Aya jangan nangis atau sedih ya, papa paling ga suka,
soalnya Aya kelihatan jelek banget mukanya. Lagi pula Aya lebih cantik kalau
lagi ketawa, apalagi kalau ketawanya sambil mukul apa aja yang ada disekeliling
Aya. Papa sering banget tuh kena pukul Aya kalo lagi ketawa, sakit sih sedikit,
tapi gapapa kok Papa suka kalo Aya ketawa. Pokoknya Aya jangan sedih-sedih ya,
apalagi sampai nangis, kalau ada apa-apa Aya cerita aja sama Papa. Kalau Aya
mau bikin papa seneng itu gampang aja kok, jangan nangis dan sedih aja cukup.
Yasudah selamat bersenang-senang dengan teman-teman Aya lagi ya, Dahh. Love
You.” Itu yang Papa katakan padaku sebelum ia pergi.
Setengah jam setelah itu Papa pergi. Iya pergi, pergi dari dunia ini. Disaat
aku sedang bercanda bersama teman-teman, tiba-tiba Bi Iem datang membawa kabar
itu. Bahwa Papa meninggal dunia. Ya, kamu pasti tahu bagaimana perasaanku kala
itu. Benar-benar hadiah ulang tahun yang tidak pernah aku harapkan ada.
Dan
sekarang hanya tersisa aku dan mama. Sebab aku adalah anak satu-satunya dari
Yuri Yuniarti dan Angga Putra. Aku cukup beruntung, karena aku dilahirkan oleh
Papa dan Mama yang baik, dan lumayan berduit. Aku tinggal dirumah yang cukup
besar di Jakarta, itu setelah kami pindah dari Bandung. Aku dan Mama pindah ke
Jakarta setelah kepergian Papa. Karena saat itu, setelah Mama dipecat ia
kembali mencari pekerjaan dan akhirnya diterima di Jakarta. Kami berdua pun pindah, dan dengan sangat
terpaksa dan berat hati aku harus meninggalkan segala kenangan indahku bersama
Papa, di Bandung. Aku pun pindah dari SMAku yang dulu, dimana seluruh populasi teman-teman
terbaikku menuntut ilmu.
Disini,
sekarang aku meninggalkan segala kenangan di masa lalu dan hidup kembali dengan
memulainya dari awal. Berat, sangat berat. Sebab sulit bagiku melupakan
cerita-cerita indah yang telah membekas, yang merasuk sampai ke ujung nadi. Hahh...
Kemudian
aku melanjutkan pendidikanku, menjadi mahasiswi di Universitas ternama. Dan,
dari sanalah aku bertemu seseorang yang bisa merubah pemikiranku, hidupku dan
yang mengingatkanku akan Papa yang telah lama pergi. Dari sinilah kisah baruku
dimulai.
Boleh juga ceritanya.. Post cerita selanjutnya donk.. Btw, tulisanmu makin bagus skrg.. Kata2nya makin rapi , dan bahasa novel bgt.
ReplyDeleteMakasih, ditunggu kelanjutannya yaa.. ❤❤
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete